Pages

Sunday, November 27, 2016

Spontanitas dan Kerja Keras Wisang Kopi

Wisang Kopi

Kami hanya mencipta
Segala apa yang kami cinta
Bahagia..

Kami bawa yang membara 
Di dasar jiwa, di dasar jiwa

Tak ada musim pada belantara sendiri
(Pasar bisa diciptakan)
Membangun kota dan peradaban sendiri
(Pasar bisa diciptakan)

Pasar Bisa Diciptakan - Efek Rumah Kaca


Setiap matahari kembali ke peraduannya, aroma kopi mulai menguar dari paviliun sederhana yang dialihfungsikan menjadi sebuah kedai kopi. Jalan di depan paviliun sesak oleh kendaraan disertai asap polusinya. Para pekerja sedang berkejaran untuk sampai ke kediaman masing-masing. Sebagian melepas penatnya hari dengan singgah ke kedai kopi.

Adalah Wisang Kopi yang mengubah paviliun di Jalan H. Abdul Majid No. 67 ini menjadi rumah sangrai dan tempat minum kopi sejak Juni 2015. Sebuah lokasi yang strategis dengan halaman parkir luas untuk kendaraan pelanggan setia. Lahan parkir berdaya tampung delapan motor saat di Mampang Prapatan, yaitu Mei 2014-Mei 2015, mendorong Cubung Hanito untuk pindah ke lokasi dengan lahan parkir lebih lapang.

Spontanitas
Kegemaran pasangan Cubung Hanito dan Nanda Imaniar menjelajah kedai kopi Bandung dan Surabaya membuat keduanya terinspirasi membangun sebuah kedai kopi. Dari riset selama tiga tahun memadu kasih sambil menyeruput kopi, keduanya melihat peluang kedai kopi seduh manual di kawasan ibukota. Tahun 2014, tampaknya belum ada ada gerai kopi yang mengkhususkan diri menyeduh kopi tanpa mesin di Jakarta.

Impulsif, Cubung mempertaruhkan uang tabungannya, tabungan Nanda dan uang pinjaman untuk membuka Wisang Kopi. Kuliahnya di Bandung pun rela ia tinggalkan demi memfokuskan diri pada gerai kopinya. Persiapan selama tiga bulan dirasakan cukup karena ia telah mengenali kopi sejak 2006 dan serius menekuninya pada tahun 2013.

Langkah ini terbilang spontan di tengah perkuliahannya yang belum selesai dan belum terciptanya tren seduh manual. Format kedai seduh manual yang terbilang baru pada saat itu membutuhkan strategi untuk menarik minat masyarakat. Khalayak masih banyak yang beranggapan bahwa kopi adalah minuman yang pahit, membutuhkan gula atau susu agar terasa lebih nikmat. Anggapan yang terbentuk karena warisan historis dan kultural yang terlanjur melekat di pikiran masyarakat.



Kerja Keras
Bukan perkara mudah memperkenalkan keragaman rasa kopi nusantara melalui metode manual brewing. Minuman berbahan dasar susu dan powder yang manis selalu lebih unggul penjualannya di masa-masa awal. Berkotak-kotak susu habis dalam waktu singkat, sementara 250 gram kopi paling cepat habis dalam waktu seminggu.

Betapa sulit mempertahankan idealisme. Pelanggan yang datang tidak selalu sesuai harapan. Ada kejadian yang membuat satu-satunya barista di Wisang Kopi ini terpukul keras. Berawal dari pembeli yang bersikeras memesan kopi Lintong yang akan ditambah gula. Padahal, barista telah merekomendasikan kopi lain yang cocok jika ditaburi pemanis. Apa daya pelanggan tak mau mendengarkan nasihat, tetap memesan kopi Lintong dan tega menambahkan gula. Seketika Cubung menutup kedai mungilnya di Mampang Prapatan itu selama tiga hari.
“Belum bisa menerima hal-hal seperti itu.” jawab pria kelahiran 1990 ini ketika ditanya alasan menutup kedai.  
Pasangan yang sempat membina hubungan jarak jauh Bandung-Surabaya ini terus memutar otak. Membagikan kopi single origin secara cuma-cuma menjadi salah satu kiat menyebarluaskan kenikmatan kopi Indonesia. Selain itu, keduanya tekun mengedukasi masyarakat agar dapat mengenali karakter rasa kopi yang disajikan.

Setengah tahun pertama adalah masa-masa yang berat. Cubung merangkap barista sekaligus koki sempat kewalahan melayani pembeli. Nanda masih bekerja kantoran untuk menyokong pendapatan usaha kopi yang belum stabil waktu itu. Pegawai pun datang silih berganti tiap beberapa bulan sekali karena kendala trust issue sang pemilik.

Tidak ada kerja keras yang tidak membuahkan hasil. Selepas enam bulan berjibaku, Wisang Kopi telah memiliki pelanggan tetap yang rutin datang. Pembelian kopi mulai meningkat yang berdampak dikurangi menu minuman manis.



Pasar Mulai Tercipta
Efek Rumah Kaca benar, ketika mencipta segala apa yang dicinta, tidak hanya bahagia tercipta tetapi juga pasar. Pasar terbukti bisa diciptakan, meski butuh waktu dan usaha keras. Kini, hampir semua yang datang ke Wisang memesan secangkir kopi. Namun, untuk mengantisipasi pelanggan awam, tersedia coklat dingin Koldi dan cemilan seperti agar dan risol.

Usaha yang baik adalah usaha yang selalu berkembang. Barista yang terkenal arogan ini mulai belajar menyangrai kopi di Toodz House menggunakan Quest M3 di medio 2015. Setengah tahun rutin praktik, mesin Uncle John second menjadi perangkat andalan untuk menggoreng kopi single origin dari berbagai daerah di nusantara. Sejak Februari 2016, tersedia roasted beans kemasan dengan logo kucing kesayangan mereka yang hilang, yaitu Heichou.  

Terdapat misi khusus menampilkan kucing dalam kemasan roasted beans Wisang Kopi selain mengenang kucing mereka yang hilang. Rumah Sangrai  Wisanggeni berusaha meningkatkan awareness masyarakat terhadap hewan yang sering kali menjadi makhluk kelas tiga, kerap ditelantarkan dan terabaikan hak-haknya. Kampanye “Adopt don’t buy” dan ragam kalimat lain yang menyuarakan hak-hak binatang dituliskan di bungkus-bungkus kopi.

Kedai yang namanya diambil dari tokoh pewayangan Bambang Wisanggeni ini, tak perlu lagi berusaha keras menarik perhatian pelanggan. Setiap bulan 15-20 kg roasted beans ludes untuk memuaskan dahaga para penikmat kopi, sementara pesanan biji kopi kemasan mencapai rata-rata 150 kg kopi. Hebatnya lagi, follower Instagram @wisangkopi tembus hingga angka 12.500 follower (data tanggal 27 November 2016). Tak heran jika setiap sore hingga malam, paviliun mungil tersebut selalu ramai dan penuh kepulan asap rokok.

Ketekunan belajar dan kesabaran menjadi kunci penting dalam menjalani bisnis kopi. Ledakan film Filosofi Kopi menyumbang andil besar dalam perkembangan bisnis ini di kota-kota besar. Bermunculan coffeeshop dengan mesin espresso canggih, berdesain interior menarik nan instagrammable hingga  kedai kopi seduh manual yang mengedepankan ketelusuran dan karakter rasa kopi. Banyak yang tumbuh, banyak juga yang layu sebelum berkembang. 


“Banyak yang punya uang kemudian menganggap remeh bisnis ini. Namun, pada akhirnya banyak juga tidak survive. Pintar dulu di bidang yang kita geluti itu yang terpenting.”, ujar Nanda Imaniar sekaligus menutup perbincangan panjang malam itu. 


Beli biji kopi (roasted beans) dari Wisang Kopi (Rumah Sangrai Wisanggeni) di sini (Tokopedia).

 

Post scriptum: Terima kasih Rizal Himmawan yang berkenan mengambil gambar untuk halaman Kopi Tala. Kunjungi instagram-nya yang dipenuhi beragam hal tentang kopi @rizalhimm. Instagram kami: @kopitala, feel free to follow us :)

Sunday, November 13, 2016

Gempita Kopi Indonesia

Jakarta Coffee Week 2016, Hype Pantai Indah Kapuk 

Pertengahan Oktober tahun ini marak dengan acara kopi skala besar seperti:
  • Trade Expo Indonesia 2016: Mari Menjelajah Kopi Indonesia di Jiexpo, Kemayoran, Jakarta pada tanggal 12-16 Oktober 2016. Penyelenggara: Kementerian Perdagangan RI, Barista Guild Indonesia (BGI), Sustainable Coffee Platform of Indonesia (SCOPI) , Gabungan Eksportir Kopi Indonesia -  Indonesia Coffee Exporters Association (GAEKI-ICEA). Agenda: sesi cupping, seminar, lelang kopi, sesi manual brewing, business matching dan pembagian kopi gratis.
  • Rembuk Kopi Nusantara di Hall SMESCO, Jakarta pada tanggal 13-15 Oktober 2016. Penyelenggara: Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil Menenengah (LLP-KUKM) Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Pertanian, Kementerian Pariwisata, Badan Ekonomi Kreatif Indonesia (BEKRAF), Coffee Lovers Indonesia (CLI), Koperasi Kopi Indonesia Sejahtera (KOPKIS), Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (AKSI) – Specialty Coffee Association of Indonesia (SCAI), Gabungan Eksportir Kopi Indonesia, Uncle John Roasting, d’Excellent dan Indonesian Latte Art Artist (ILAA). Agenda: sesi cupping, talkshow dan seminar, kompetisi roasting dan brewing, demo roasting dan latte art, workshop latte art, pemilihan duta kopi.
  • Jakarta Coffee Week di Hype, Pantai Indah Kapuk, Jakarta pada tanggal 14-15 Oktober 2016. Penyelenggara: ABCD School of Coffee. Agenda: kompetisi latte art dan manual brewing (V60), workshop chocolate art, ceramics dan leather craft.  

Ketiga acaranya ini memamerkan keragaman kopi Indonesia berikut dengan berbagai elemen terkait pengolahan kopi. Pelaku industri dari hulu ke hilir hadir memeriahkan acara-acara ini meski setiap acara memiliki segmentasinya masing-masing.

Mari Menjelajah Kopi Indonesia ditujukan bagi buyer lokal dan khususnya buyer mancanegara untuk memperkenalkan aneka kopi-kopi nusantara yang berkualitas. Selain agenda yang telah disebutkan, terdapat booth yang diisi oleh petani /  koperasi petani, asosiasi kopi, berbagai brand kopi baik greenbeans, roasted beans hingga kopi bubuk dan beragam peralatan kopi. Harapan besar dari acara ini adalah meningkatnya volume ekspor kopi Indonesia.

Berbeda dengan rangkaian acara Trade Expo Indonesia 2016, Rembuk Kopi Nusantara lebih memfokuskan diri pada industri kopi lokal. Pelaku industri yang berpartisipasi dominan dari bagian tengah ke hilir. Terlihat dari booth pameran yang berisi peralatan sangrai dan seduh kopi, kopi dalam bentuk roasted beans dan kopi bubuk, serta kompetisi untuk roaster dan barista. Acara ini awalnya direncanakan pelaksanaannya pada pertengahan September, mungkin karena satu dan lain hal diundur satu bulan kemudian.

Jakarta Coffee Week, acara yang digelar pertama kalinya ini, terbilang sukses meraup massa dibanding dua acara lainnya. Perbedaan segmentasi pengunjung membuat acara yang berlangsung selama dua hari ini ramai dipadati penikmat kopi. Meski ada booth yang berisi mesin dan biji beras kopi, sebagian besar booth pameran terdiri dari coffeeshop yang telah menyangrai secara mandiri. Coffeeshop ini tidak hanya memproduksi kopi untuk kedainya tetapi membuat brand roasted beans dengan nama yang sama.

Berkaca pada tingkat konsumsi kopi per kapita masyarakat Indonesia yang diperkirakan pada tahun 2015 sebesar 1,09 kg per kapita,  2014 sebesar 1,03 kg per kapita dan 2013 sebesar 1 kg per kapita (Sumber: Tabel Konsumsi Kopi Indonesia oleh AEKI). Angka ini terpaut jauh dengan negara penghasil kopi terbesar dunia lainnya seperti Brazil dengan angka konsumsi 4,8 kg per kapita dan Kolombia dengan angka 1,4 kg per kapita pada tahun 2013. Sementara itu, negara pengimpor kopi memiliki angka konsumsi yang lebih tinggi. Berdasarkan data dari Euromonitor tahun 2013, angka konsumsi negara pengimpor kopi mencapai angka konsumsi kopi sebesar 9,6 kg per kapita untuk Finlandia, Norwegia dengan 7,2 kg per kapita, Belanda dengan 6,7 kg per kapita dan Slovenia dengan 6,1 kg per kapita (Caffeine Coffee Consumption by Country, Caffeineinformer.com).
“Sebagian besar produksi kopi Indonesia diekspor, rata-rata ekspor kopi Indonesia 67,7% dari total produksi tiap tahunnya. Besarnya ekspor ini mengingat konsumsi dalam negeri masih rendah, tidak sampai seperempat dari produksi kopi Indonesia.” – Analisa Komoditas Kopi dan Karet Indonesia: Evaluasi Kinerja Produksi, Ekspor dan Manfaat Keikutsertaan dalam Asosiasi Komoditas Internasional oleh Pusat Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, Badan  Pengkajian dan Kebijakan Perdagangan Kementerian Perdagangan, 2014)
Dengan gegap gempita berbagai acara kopi yang telah dan masih akan terus terselenggara, diharapkan dapat meningkatkan konsumsi kopi dalam negeri yang terbilang rendah. Sebagai salah satu negara penghasil kopi terbesar di dunia, sudah semestinya masyarakat Indonesia menikmati hasil produksi kopinya sendiri. Seperti halnya Brazil yang memprioritaskan komoditas kopinya untuk konsumsi lokal dibandingkan untuk diperdagangkan ke kancah internasional. 

Wednesday, October 19, 2016

Selebrasi Hari Kopi Internasional



Awal Oktober menjadi hari-hari yang meriah dengan ribuan cangkir kopi Indonesia yang dibagikan secara cuma-cuma. Fenomena ini bukan tanpa sebab, Indonesia sedang merayakan Hari Kopi Internasional yang jatuh pada 1 Oktober. Hari Kopi Internasional diresmikan oleh International Coffee Organization (ICO) di London, Inggris tahun 2015 lalu. Organisasi ini terdiri dari 77 negara dengan 24 asosiasi kopi yang bersatu untuk menghadapi tantangan perdagangan kopi dunia melalui kerjasama internasional. (Times Indonesia, 30 September 2016)

International Coffee Day is a celebration of the coffee sector’s diversity, quality and passion. It is an opportunity for coffee lovers to share their love of the beverage and support the millions of farmers whose livelihoods depend on the aromatic crop. – International Coffee Organization


Perayaan ini diselenggarakan di beberapa kota besar pada 1-2 Oktober 2016 seperti It’s Coffee Day di Semarang; Thousands Cup of Coffee 2016 di Yogyakarta; Road to Nusantara Coffee Festival 2016 di Malang; Berbagi 1.000 Gelas Kopi di Pekanbaru; Apresiasi Pelaku Kopi Indonesia di Tangerang; 1.000 Cups Kopi untuk Bogor; Kopi Gratis untuk Bekasi; Cupping and Brewing Together, Celebrate Intenational Coffee Day in Lampung; Surabaya Coffee Festival 2016; dan Secangkir Indonesia di Jakarta.

Penyelenggara berlomba-lomba memperkenalkan kopi Indonesia ke khalayak luas. Masyarakat yang selama ini mengenal kopi dengan rasa pahit atau kopi kemasan dengan aneka rasa, kini disuguhkan kopi single origin dengan berbagai metode seduh yang bisa mengeluarkan karakter rasa kopi. Ada yang menggunakan mesin espresso hingga metode seduh manual. 


Melalui selebrasi ini, semoga semakin banyak masyarakat negeri ini yang mengenal kenikmatan kopi yang diproduksi dari bumi pertiwi. Semakin banyak yang mengapresiasi kopi Indonesia, kopi yang sebelum diseduh melalui proses yang panjang. Kopi yang ditanam dengan sepenuh hati oleh para petani kopi yang kini entah bagaimana kesejahteraannya di tengah-tengah permintaan kopi yang terus meningkat dari hari ke hari.

Friday, September 23, 2016

Festival Kopi Flores: Kopi Berkualitas dari Timur Indonesia

Festival Kopi Flores, 2016
Pulau Flores terkenal dengan reptil purba komodo yang menjadikannya satu dari tujuh keajaiban dunia versi New7Wonders. Nyatanya, tidak hanya komodo dan keindahan alam serta budaya yang membuat pulau  ini harum namanya. Aroma kopi asli Flores juga berhasil membuat siapapun jatuh cinta.

Harian Kompas pun nampaknya sedemikian jatuh cinta dengan kopi khas Nusa Bunga. Surat kabar yang didirikan oleh (alm.) P.K Ojong dan Jakoeb Oetama ini terpikat oleh kopi Flores yang begitu nikmat hingga berupaya untuk memperkenalkan kopi ini ke khalayak yang lebih luas. Bekerja sama dengan Indonesian Latte Art Artist dan Bank Mandiri, Kompas mengadakan Festival Kopi Flores yang berlangsung 15-17 September 2016 di Bentara Budaya Jakarta.

Pengunjung akan dimanjakan dengan berbagai kopi dari tanah Flobamora, seperti kopi Bajawa dan Manggarai. Hebatnya, tiga dari kopi Flores masuk ke dalam jajaran 17 specialty coffee yang lolos uji dengan standar cupping score di atas 83,5. Kopi Manggarai, Flores Golewa dan Flores Ende menjadi tiga kopi yang berhasil lolos uji standar tersebut oleh Caswells Coffee yang merupakan laboratorium kopi  berstandar Specialty Coffee Association of America (SCAA) satu-satunya di Indonesia (VoA Indonesia, 2016). Bersama dengan belasan kopi nusantara lainya, kopi Flores menjadi kebanggaan Indonesia dalam SCAA’s 28th Annual Expo di Atlanta, Georgia, yang berlangsung 14-16 April 2016. 

Festival Kopi Flores sendiri menyajikan 1.000 cangkir kopi Flores bagi pengunjung yang datang. Selain itu, terdapat workshop latte art dan manual brewing, talkshow budidaya kopi,  workshop coffee painting dari Coffee Institute, pertunjukkan tari dan musik daerah hingga penampilan dari Gugun Blues Shelter. Booth pameran diisi oleh kopi dari berbagai daerah Flores seperti Bajawa (Kabupaten Ngada) dan Manggarai (Kabupaten Ruteng dan Ende) yang juga menjual kain tenun dan kerajinan tangan khas Flores. Booth lainnya meramaikan dengan menyajikan kopi yang diseduh dengan mesin maupun manual, menjual alat-alat seduh manual hingga kaos dan komik bertemakan kopi.

Menari diiringi lagu khas Flores
Acara ini dibuka dan ditutup oleh sajian musik-musik khas Flores dari Florasta Family Band. Band yang berisikan musisi Flores yang berasal dari berbagai kelompok musik berbeda yang kemudian bersatu untuk menghibur masyarakat ibukota. Lagu-lagu Flores yang up beat dengan mudah mengajak siapapun bergoyang di depan panggung mengikuti irama. Pengunjung yang datang tidak malu-malu mengikuti pola tarian Flores diiringi lagu daerah dari berbagai kota yang ada di Flores. Tua, muda, laki-laki maupun perempuan, dari latar belakang dan profesi yang berbeda, semua melebur menjadi satu. Kehangatan tercipta seketika antar pengunjung yang berdansa bersama,  berbagi senyum dan tawa. Semua karena nikmatnya secangkir kopi Flores. 

Saturday, September 17, 2016

Filosofi Kopi: Mengadaptasi dengan Hati


Tantangan film adaptasi adalah memuaskan imajinasi pembaca. Sederetan film adaptasi dari karya penulis Indonesia, Dewi ‘Dee’ Lestari, telah membuktikan hal itu. Pembaca tak puas. Kecewa. Namun, cerita adaptasi yang satu ini berbeda.
Filosofi Kopi, sebuah cerpen dari antologi yang berjudul sama, diangkat kemudian dikembangkan beberapa bagian untuk menjadi sebuah film yang layak dinikmati. Tanpa perlu banyak gerutu karena berbeda dengan imajinasi. Kini, yang muncul puja-puji untuk film yang mulai dipersiapkan dari Oktober tahun 2015.
Filosofi Kopi bercerita tentang Ben (Chicco Jerikho) yang terobsesi pada kopi dan mendirikan kedai Filosofi Kopi bersama Jody (Rio Dewanto). Konsep kedai ini menarik karena memberikan filosofi tersendiri untuk kopi sehingga membuatnya banyak diliput. Kesohoran kedai Filosofi Kopi membuat seorang pengusaha menantang Ben untuk meracik kopi ternikmat setanah air. Hadiah tantangan yang besar membuat Jody tergiur hingga memaksa Ben untuk menyanggupi karena hutang mereka sudah menunggak. Di tengah persiapan untuk tantangan itu, problematika muncul bersamaan dengan kehadiran pakar kopi bersertifikat internasional cantik bernama El (Julie Estelle).
Dialog dan cerita film besutan Angga Dwimas Sasongko ini begitu segar. Ada bagian yang membuat penonton tertawa, berkontemplasi hingga hanyut terenyuh ke dalam cerita. Cameo dihadirkan dengan porsi yang pas dan akting yang memikat seperti Melissa Karim, Joko Anwar, Tanta Ginting, Baim Wong, Tara Basro, Slamet Rahardjo dan Jajang C. Noer. Sayangnya, terdapat bagian di mana kamera berguncang dan adegan yang dipaksakan tanpa pengantar. Yaitu ketika barista Nana (Ni Made Westny) panik karena suaminya kecelakaan. Padahal, tak ada pengantar bahwa barista tersebut telah bersuami dan suaminya dalam keadaan sakit. Mungkin, sekelumit hidup barista Aga maupun barista Aldi dapat diangkat untuk meyokong argumen Ben yang tak ingin mengurangi pekerja kedai Filosofi Kopi.
Promosi film ini teramat gencar. Salah satunya dengan melibatkan publik ikut ke dalam proses produksi. Merupakan first user generated movie  di Indonesia, di mana masyarakat dapat ikut serta memberi masukan untuk produksi film melalu aplikasi di smartphoneSelain itu, serangkaian talkshow digelar di beberapa kampus seantero nusantara. Belum lagi trip ke perkebunan kopi di Semarang dan Bandung bersama pemeran film. Ditambah dengan konser Filosofi Kopi Musik, acara musik gratis untuk penonton film dengan deretan musisi pengisi suara di sinema ini. Pengisi musik juga tak tanggung-tanggung, Filosofi Kopi menggandeng Maliq & D’Essentials, Glenn Fredly, Monita Tahalea, dan Is “Payung Teduh”.
Sebuah film yang dikerjakan dengan begitu baik. Para peracik film ini mengadaptasi cerpen ke film dengan hati dan begitu berhati-hati karena menciptakan banyak detail yang menarik. Penonton disajikan realita kopi nusantara yang begitu beragam, bagaimana proses panjang biji kopi menjadi kopi, pelelangan kopi juga kisah haru di balik kesuksesan tokoh-tokohnya. Filosofi Kopi akan membuat siapapun jatuh cinta. Cerita tentang obsesi yang kadang tak berlogika dan mengorbankan hati. Sebuah film yang diracik dari biji-biji berkualitas menghasilkan film yang harum dan nikmat untuk dipersembahkan kepada masyarakat Indonesia.

Catatan: Tulisan ini diterbitkan pertama kali di halaman blog personal penulis, Teras Kata, pada 14 April 2015.

Saturday, September 10, 2016

Kedai Kopi Guyon: Kopi Enak Dijual di Gerobak


Inspirasi wirausaha bisa datang dari mana saja, termasuk dari perjalanan. Ego Prayogo mengelola inspirasi tersebut menjadi suatu wujud usaha yang nyata. Modal yang minim tidak mengalahkan keinginannya yang kuat untuk membangun sebuah kedai kopi.
Kedai Kopi Guyon, begitulah pemuda berusia 27 tahun ini menamakan gerai usaha kopinya. Menggunakan vespa yang dimodifikasi menjadi gerobak multifungsi, ia memarkirkan kedainya tiap malam pukul 22.00 di Jalan RS. Fatmawati No. 22. Beratapkan langit ibukota yang penuh polusi, berteman dingin malam dan debu-debu pembangunan akses transportasi cepat terpadu.  

Berawal dari himpitan ekonomi

Keadaan terdesak mampu mengeluarkan kreativitas seseorang untuk menemukan solusinya. Penghujung 2014, kreativitas itu lahir dari himpitan ekonomi yang mendera. Solusi atas kondisi tersebut ia tuangkan menjadi sebuah usaha dengan modal satu juta rupiah, sebuah motor vespa, gelas-gelas dari dapur rumah serta kayu dan besi bekas.

Selama seminggu ia memikirkan konsep usaha, seminggu berikutnya mengeksekusi ide-ide tersebut. Dalam  waktu singkat, berdirilah kedai kopi di atas sebuah vespa tahun 80-an. Menyediakan seduhan kopi yang diolah dari kopi bubuk yang biasa dijual di pasar.

Inspirasi dari perjalanan

Melakukan perjalanan dengan berkendara vespa telah menjadi hobi sejak lama. Melalui perjalanan, pria kelahiran 2 Februari 1989 ini mendapatkan banyak pengalaman sekaligus inspirasi. Kemalangan kehabisan uang tunai pada tahun 2011 karena lupa membawa kartu ATM membawanya berkenalan dengan kopi. Perjalanannya menyusuri timur Indonesia pun tertunda di Bali.

Untuk mendapatkan uang, ia sempat terpikir untuk menjual kameranya. Akan tetapi, orang yang ia mintai tolong menolak tawaran tersebut. Orang tersebut menawarkan alternatif lain dengan menumpang kartu ATM untuk mengambil uang yang ditransfer dari orang rumah di Jakarta. Pria yang berbaik hati ditumpangi kartu ATM-nya adalah Bang Joni, seorang pemilik kedai kopi di Kuta. Sambil menunggu dana ditransfer, ia berkunjung ke Kedai Kopi Gimbal milik Bang Joni.

Perjalanan ke timur Indonesia akhirnya terhenti meski dompetnya sudah terisi. Pemuda yang lahir di Jakarta ini memutuskan untuk membantu kedai kopi Bang Joni. Di kedai kopi itu ia berkenalan dengan kopi dan mempelajari cara menyeduhnya. Tanpa terasa, tiga bulan berlalu begitu cepat hingga rumah memanggilnya untuk pulang.

Sumatera memberikan cerita yang berbeda. Dalam kelananya mengelilingi Sumatera tahun 2013, dari Lampung sampai Sabang, Sumatera Utara telah memberinya secercah inspirasi. Di Padang Sidempuan, Tapanuli Selatan, ia melihat masyarakat melakukan aktivitas ekonomi dari transportasi hingga perdagangan didominasi oleh vespa yang dimodifikasi. Melalui Bali dan Tapanuli, ia terinspirasi membangun sebuah kedai kopi dari vespa yang dimodifikasi. 



Ketekunan belajar

Mahasiswa hukum universitas swasta di Tangerang ini tidak pernah berhenti belajar dan bereksperimen tentang kopi. Biji kopi yang sebelumnya ia beli di pasar, bulan-bulan berikutnya mulai membeli dari rumah sangrai kopi arabika dengan kualitas yang baik. Melalui rumah-rumah sangrai itu pula ia mempelajari bagaimana cara menggoreng kopi yang baik dan benar untuk mendapatkan karakter rasa yang dapat memuaskan pelanggannya.

Harga kopi yang dijual ketika awal Guyon berdiri, Rp 5.000 untuk kopi arabika dan Rp 3.000 untuk kopi robusta. Melalui penghasilan dari kopi tubruk tersebut, pria berambut gondrong ini sedikit demi sedikit mencicil alat-alat seduh manual dan membeli biji kopi hijau untuk digoreng. Ego menggali dari berbagai sumber informasi seperti literatur, artikel, video di Youtube hingga bertanya langsung pada roaster berpengalaman.

Setelah mendalami seluk beluk kopi, ia merangkai alat penyangrai kopi sendiri untuk mempermudah menentukan karakter rasa yang diinginkan sekaligus menghemat biaya bahan baku. Kini, tersedia berbagai jenis kopi arabika di kedai mungilnya untuk para penikmat kopi. Menu pun semakin beragam, tidak hanya kopi tubruk,  aneka seduh manual seperti Kono, Aeropress, Rokpresso, Kalita 101 dan Kalita Wave  dibanderol dengan harga Rp 15.000. Selain itu, tersedia cappuccino, vanilla, choco caramel, lychee tea dan roti bakar dengan varian pilihan rasa.

Kedai yang tutup tiap hari Minggu sudah memiliki banyak pelanggan tetap yang rela antri tiap malam. Sekarang, Ego tidak perlu kewalahan lagi melayani pelanggan karena dengan omset yang cukup tinggi per bulannya ia dapat memperkerjakan seorang barista untuk membantunya.

Alasan menamakan kedai kopinya dengan kata Guyon, pemilik kedai tanpa sekat ini menjawab bahwa melalui kopi seduhannya, ia ingin menyenangkan para pelanggan yang datang ke kedainya dan ia berujar “karena ngopi nggak harus serius.”. Meski berkata demikian, kedai sederhana di bahu jalan yang ia kelola menyediakan buku-buku yang cukup serius untuk dibaca.  

Kiat mempertahankan pelanggan ala Kedai Kopi Guyon

Menurut Ego kiat dalam menjalani usaha kedai kopi ini adalah:

“Barista harus bertanggung jawab terhadap seduhannya karena konsumen sekarang semakin kritis. Konsumen berhak tahu apa yang dikonsumsi. Selain itu, tidak usah pedulikan apa omongan orang lain. Ciptakan tren sendiri. Omongan yang menjatuhkan buat apa diserap, jika membangun berarti itu adalah sebuah masukan. Hal yang paling penting adalah bagaimana mempertahankan pelanggan dengan alat seadanya agar tetap kembali lagi.”

Berminat mengunjungi kedai kopi bahu jalan ini? Kedai buka jam 22.00 – 04.00, tutup hari Minggu dan hujan besar. Cek dulu instagram @kedaikopiguyon jika ingin berkunjung saat/sehabis hujan.  


Monday, September 5, 2016

Kopi Kaman: Kopi Nikmat, Harga Bersahabat

Donut dripper,metode andalan Kopi Kaman
Tahun 2016 menjadi periode kelahiran beraneka jenis kedai kopi. Bermunculan kedai dengan mesin espresso hingga metode seduh manual. Tampaknya, kedai dengan metode seduh manual sedang begitu diminati anak muda penikmat kopi. Pertumbuhannya amat terasa di wilayah Depok. Selain Saturday Coffee yang lebih dulu ada, hingga pertengahan tahun ini terhitung enam kedai kopi bermetode seduh manual dibuka.
Awal tahun ini, Kopi Kaman menjadi salah satu kedai yang berpartisipasi meramaikan belantika seduh manual di kota kecil selatan Jakarta. Kedai ini bermula dari kerja sama dengan Bengkel Kongkow yang  menyediakan roti bakar, aneka mi, burgerburritos, dan hotdog. Kolaborasi kuliner dan tempat ngopi ini berlokasi di pelataran bengkel mobil kawasan Jalan Proklamasi.
Setelah berjalan sekitar tiga bulan, Lukman dan Igor, sang pemilik gerai kopi, memutuskan untuk pindah ke tempat yang lebih permanen. Penghujung Mei 2016, Kopi Kaman menempati ruko di Jalan Sentosa Raya, Ruko No. 6A, Depok II. Sebuah tempat nyaman untuk menikmati kopi dengan interior bernuansa kayu yang minimalis.
Nama Kaman diambil dari bahasa Sansekerta, dengan arti sesuatu yang diinginkan. Memiliki slogan, yaitu Kopi, Doa dan Harapan, bermakna bahwa setiap kopi yang diseduh, ada doa dan harapan agar dapat dinikmati oleh peminumnya. Slogan ini terinspirasi dari judul album band folk Surabaya, Silampukau dengan Dosa, Kota dan Kenangan.
Kopi Kaman menyajikan specialty coffee dari dalam maupun luar negeri dengan metode seduh manual seperti V60KonoAeropress dan donut dripper. Metode terakhir merupakan metode andalan dari kedai yang buka Selasa hingga Minggu ini.
Sebagai pelengkap kopi, tersedia berbagai menu pilihan seperti cheese burgerburritos,french friessausagespicy wing, roti bakar dan roti goreng dengan variasi topping, mi instan dengan level kepedasan dan pisang goreng Kaman. Bagi yang belum terbiasa minum kopi, terdapat coklat, teh, royal tea,dan jus buah sebagai alternatif minuman.
Misi dari kedai kopi ini adalah mempersembahkan kopi nikmat berkualitas dengan harga bersahabat. Uniknya, harga menu dibandrol dengan kelipatan lima ribu, yaitu antara Rp 5.000-20.000. Kenapa harus datang ke Kopi Kaman? Lukman, pemilik sekaligus penyeduh kopi, menandaskan:
"Kopi Kaman memberikan harga terjangkau untuk kopi berkualitas. Customer nggak cuma dapat kopi enak tetapi melalui ngopi akan diperoleh teman baru sekaligus pengalaman yang baru."
Nggak perlu ragu lagi untuk menyambangi kedai kopi ini kan?
Keterangan lebih lengkap, cek instagram kedai ini @kopikaman.

Friday, September 2, 2016

Titik Awal Berkenalan dengan Kopi


Bermula dari mendapat tugas liputan untuk Jurnal Trade Expo Indonesia (TEI) 2014. TEI diselenggarakan oleh Kementerian Perdagangan Indonesia untuk memperkenalkan barang dan jasa berkualitas untuk dipasarkan ke mancanegara. Diundang buyer  dari berbagai negara untuk melihat dan mencicipi langsung ragam produk Indonesia.

Dalam TEI 2014, penulis berkesempatan untuk meliput kegiatan yang diadakan oleh Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (AKSI) bertajuk Indonesia Specialty Coffee Auction 2014 and Coffee Events. Melalui tugas liputan kegiatan, penulis berkenalan dengan kopi berkualitas dari dalam negeri. Mendapat pengetahuan baru mengenai proses panjang untuk menghasilkan kopi yang nikmat. Melakukan wawancara dengan praktisi dan profesional yang handal di bidang-bidangnya masing-masing. Merupakan sebuah pengalaman yang membukakan mata mengenai kopi dan proses panjangnya.

Berikut salinan artikel tersebut yang terbit untuk Jurnal Trade Expo Indonesia 2014: Towards Green Business, Edisi No. 3, Jumat, 10 Oktober 2014 : 


Rayakan Kerja Keras Petani Indonesia

Kementerian Perdagangan telah menetapkan produk kopi sebagai salah satu produk prospektif yang terus dikembangkan menjadi produk yang bernilai tambah, mengingat Indonesia adalah salah satu penghasil kopi terbesar di dunia.

Pada perhelatan Trade Expo 2014, Asosiasi Kopi Spesial Indonesia (Specialty Coffee Association if Indonesia/SCAI) turut serta mempromosikan produk kopi Indonesia kepada buyer internasional melalui serangkaian acara yang bertemakan Indonesia Specialty Coffee Auction dan Coffee Events. Pada kesempatan tersebut, SCAI menampilkan 30 jenis kopi spesial Indonesia dan karya seni lukis yang menggambarkan kopi Indonesia melalui Coffee Exhibition dan Brew Bar, sehingga sambil menikmati lukisan bertema kopi, pengunjung juga dapat menyaksikan proses penyeduhan langsung di Brew Bar oleh barista-barista berprestasi. 

Selain menampilkan produk kopi terbaik dari seluruh penjuru Indonesia, pada Kamis, 9 Oktober 2014 (9/10/2014) di Hall C JIExpo, SCAI juga mengadakan serangkaian acara lainnya seperti talkshow, Roasting Crash Course serta Meet and Greet Farmer and Roaster

Acara talkshow yang mengundang Rocky Rhodes, konsultan dan pelatih kopi dari International Coffee Consulting, dan Peni Agustianto dari Vredeseilanden Country Office (VECO) Indonesia tersebut dipenuhi oleh petani kopi Indonesia, buyer lokal sampai buyer internasional. Kegiatan talkshow ini mengajak para petani kopi Indonesia untuk menjaga kualitas kopi skala besar agar tidak mengecewakan para pemesan kopi (buyer). 

Sementara itu, pada acara Roasting Crash Course, para peserta diajari teori dan praktek roasting oleh Rocky Rhodes dan Roaster Guild Indonesia, yaitu dengan dengan menggunakan mesin roasting dengan memperhatikan temperatur dan waktu agar mendapatkan biji kopi yang baik. 

Acara Meet and Greet Farmer and Roaster diadakan untuk mempertemukan petani dengan roaster serta petani dengan buyer dari berbagai negara. Hadir pada acara itu para buyer dari berbagai negara seperti: Korea, Jepang, Taiwan Amerika, Selandia Baru dan negara-negara Timur Tengah. Sekitar 40 petani kopi dari Aceh hingga Papua didatangkan langsung untuk mempromosikan kopi khasnya masing-masing. Melalui acara ini diharapkan para petani dapat memproduksi produk kopi yang berkualitas dan para roaster dapat menghasilkan roasted-coffee yang memiliki cita rasa khas yang dapat dinikmati. 

Serangkaian acara ini merupakan sebuah perayaan terhadap kerja keras para petani kopi Indonesia. Tidak hanya hari ini, sejak Rabu (8/10/2014) hingga Minggu (12/10/2014) akan diisi acara-acara yang menginspirasi para produsen dan penikmat kopi Indonesia.  (MAW/FSR). 

Thursday, September 1, 2016

Saturday Coffee: Tempat Seduh Manual Kopi Lokal


Siapa bilang kopi itu pasti pahit rasanya? Dengan metode seduh tertentu, rasa kopi yang muncul tidak hanya pahit. Lidah kita juga akan merasakan manis (sweet), asam (sour) dan asin (salt) dalam secangkir kopi.
Untuk mendapatkan ragam rasa tersebut, menyeduh kopi secara manual bisa menjadi pilihan. Tinggalkan dulu mesin espresso yang memang express dalam proses. Cobalah menyeduh kopi secara manual di Saturday Coffee. Sebuah kedai kopi dengan metode seduh manual yang akan memberikan pengalaman minum kopi dengan beragam rasa menggunakan biji kopi nusantara.
Tersedia alat penetes kopi Hario V60, Kono Meimon dan Vietnam drip; alat penekan kopi seperti  french press dan Rok Presso. Pengunjung juga dapat memilih fresh roasted beans atau biji kopi lokal yang baru disangrai. Kombinasi alat seduh manual dan biji kopi segar akan memberikan sensasi rasa kopi yang berbeda dari biasanya. Jika masih bingung ada rasa apa di dalam kopi Anda, jangan sungkan untuk bertanya kepada para barista.
Tidak hanya kopi yang tersaji di sini. Saturday Coffee menyiapkan beberapa varian teh dan coklat untuk pengunjung yang tidak terbiasa minum kopi. Aneka cemilan sepertifrench fries, sandwich, roti bakar, kue cubit hingga mi instan dapat dipesan untuk meredam rasa lapar. Harga makanan dan minuman di kedai ini juga ramah untuk kantong, berkisar antara Rp 8.000 – Rp 25.000.
Lokasi Saturday Coffee terletak di Jl. Komjen Pol. M. Jasin (dulunya Jalan Akses UI), tidak jauh dari Kampus E Universitas Gunadarma, Depok. Kedai kopi yang buka sejak tahun 2014 ini buka setiap hari, jam 11.00-23.00, untuk siapapun yang ingin mencicipi kopi lokal yang diseduh secara manual.

Catatan: Tulisan ini diterbitkan pertama kali di halaman blog personal penulis, Teras Kata, pada 25 Januari 2016.

Wednesday, August 31, 2016

Indonesia Coffee Events 2015: Ajang Barista Unjuk Kebolehan



Asosiasi Kopi Spesialti Indonesia (AKSI / Specialty Coffee Association of Indonesia atau SCAI) kembali menggelar kompetisi untuk para barista di tanah air. Terdapat empat kategori kompetisi yang terdiri dari Indonesia Brewers Championship (IBRC), Indonesia Cup Tasters Championship (ICTC), Indonesia Latte Art Championship (ILAC)  dan Indonesia Barista Championship (IBC). Kompetisi diawali dengan penyisihan dari masing-masing regional yang telah ditentukan, yaitu Jakarta, Semarang dan Bali.
Selanjutnya, finalis dari tiap regional kembali diadu di grand final yang berlangsung 11-14 November 2015 di Interfood Hall B Jiexpo, Jakarta. Sebanyak 12 finalis yang menguji kebolehan untuk kategori IBRC; 16 finalis untuk ICTC; 12 finalis untuk ILAC; dan 24 finalis untuk IBC. Barista dengan nilai tertinggi akan menjadi perwakilan Indonesia di World Coffee Event 2016. Untuk pemenang kategori ILAC dan ICTC akan berangkat ke Shanghai, Tiongkok pada 29 Maret-1 April 2016, sementara itu pemenang IBRC dan IBC akan terbang ke Dublin, Irlandia tanggal 23-25 Juni 2016 mendatang.
Dalam pertandingan ini, setiap finalis membawa alat tempurnya masing-masing kecuali, mesin espresso. Grindermilk jug, V60, aeropressfrenchpress, berbagai jenis cangkir dan sendok, knock boxtimerdigital scale dan berbagai peralatan lainnya untuk menunjang performa mereka. Para finalis diberi waktu 15 menit untuk persiapan distage dan 15 menit waktu untuk menunjukkan kebolehannya menyeduh maupun menggambar kopi (khusus untuk kategori IBRC, IBC dan ILAC). Berbeda dengan kategori lainnya, finalis kategori ICTC memiliki waktu hanya 8 menit untuk menentukan satu kopi yang berbeda dari satu set kopi (terdiri dari 3 gelas kopi) dengan total 8 set kopi. Finalis dengan jumlah benar terbanyak dan tercepat yang akan menjadi pemenang.
Akhirnya, pada Sabtu, 14 November 2015, kerja keras para finalis membuahkan hasil. Tropi dan hadiah diberikan untuk mereka dengan nilai tertinggi dari juri. Berikut nama-nama pemenang dari tiap kategori:
Pemenang Indonesia Cup Tasters Championship (ICTC):
  1. Hagi (Anomali Coffee)
  2. Yessylia Violin (PT RKB)
  3. Ken Basuki (Smoking Barrels)
Pemenang Indonesia Brewers Championship (IBRC):
  1. Ryan Wibawa (Starbucks Indonesia)
  2. Rendy Anugrah Mahesa (Coffee Smith)
  3. Seno Ardabuana (11 Elephants)
Pemenang Indonesia Latte Art Championship (ILAC):
  1. Ovie Kurniawan (Common Grounds)
  2. Restu Sadam Hasan (Hungry Bird)
  3. Iwan Setiawan (Common Grounds)
Pemenang Indonesia Barista Championship (IBC):
  1. Yoshua Tanu (Common Grounds)
  2. Jimmy Halim (Independent)
  3. Doddy Samsura (Morph Coffee)
Selamat kepada para pemenang! Selamat berjuang menuju World Coffee Event 2016!

Catatan: Tulisan ini diterbitkan pertama kali di halaman blog personal penulis, Teras Kata, pada 15 November 2015.

Tuesday, August 30, 2016

Prakata





Kopi Tala. 
berbagai harapan lewat rasa. 

Halaman ini dikelola oleh penulis Teras Kata. Eks pekerja serabutan yang sedang mempelajari dan memulai usaha kopi. Berawal dari tugas liputan tentang acara kopi yang membuatnya mencicipi dan menggali lebih dalam lagi. 

Setelah beberapa kali mewawancarai pemilik kedai untuk halaman Teras Kata, ia melihat sebuah pola yang mulia. Anak-anak muda berwirausaha dengan misi ingin memperkenalkan komoditi ekspor unggulan negeri ini. Komoditi berkualitas tinggi yang biasanya diprioritaskan untuk luar negeri kini mereka suguhkan bagi masyarakat nusantara dengan harga yang relatif terjangkau. 

Sebagai negara dalam jajaran penghasil kopi terbesar dunia, selayaknya kita menikmati kopi yang berkualitas. Anak muda pegiat kopi melihat hal tersebut sebagai peluang usaha sekaligus tugasnya untuk membuat banyak orang semakin mengetahui keunggulan kopi di negerinya sendiri. 

Atas dasar itulah, Kopi Tala hadir untuk mengulas kedai-kedai dengan misi mulia tersebut. Tidak hanya itu, akan ada ulasan mengenai para pegiat kopi dari hulu hingga ke hilir dan artikel lainnya seputar kopi. 

Semoga halaman ini dapat menyalurkan harapan berbagai pihak terhadap kopi Indonesia. Sebuah harapan yang diperantarai secangkir kopi. 


Ide dan masukan silakan dilayangkan ke kopitala@gmail.com.