Pages

#KembaraKopi #4: Campur Sari (Semarang - Yogyakarta - Surabaya - Malang)

Bingung kenapa dinamakan campur sari? Sederhana, hanya karena ada kisah persinggahan ke kedai kopi dari beberapa kota besar di Jawa. Sayangnya, hanya bisa singgah sebentar di kota-kota tersebut sehingga di satu kota hanya bisa mengunjungi satu-dua kedai kopi. Semarang – Yogyakarta – Surabaya – Malang.

Semarang
Kopipedia (@kopip3dia)
Kopipedia, Semarang
Beberapa kedai kopi yang direkomendasikan di Semarang sebagian besar buka sore sampai dini hari. Kopipedia berbeda. Menempati lokasi baru di Jalan Alteri Seokarno Hatta No. 1 buka sejak siang hari pukul 11.00 sampai 02.00 dini hari. Menggunakan sepenuhnya metode seduh manual dengan berbagai perlengkapan seperti V60, AeroPress, Chemex, Flat Bottom sampai Syphon. Menyediakan beraneka roasted beans baik yang disangrai sendiri maupun oleh roaster lainnya, dari biji kopi lokal hingga internasional. Kedai kopi ini juga terkenal oleh barista ciliknya (Mercy) Calysta Helena Theo yang sempat diliput oleh stasiun tv nasional.

Spiegel Bar & Bistro (@spiegelbistro)
Spiegel Bar & Bistro, Semarang
Jika sedang ke Semarang, mampir sejenak ke Kota Lama Semarang untuk merasakan arus balik waktu. Kompleks bangunan tua zaman kolonial masih terjaga dengan baik. Ada yang masih sesuai dengan fungsi asli hingga yang dialihfungsikan menjadi cafĂ© atau restoran. Seabad yang lalu, tepatnya 1895, berdiri sebuah bar dan bistro di kawasan Kota Lama Semarang. Spiegel Bar & Bistro masih terus beroperasi sejak zaman penjajahan hingga setengah abad lnegeri ini merdeka. Meskipun menyandang status bar & bistro, Spiegel menyediakan beragam seduhan cup of joe seperti espresso, long black, macchiato, piccolo, cappucino, flatwhite, affogato dan latte. Fyi, sebutan cup of joe untuk kopi berasal dari Josephus Daniel, menteri Angkatan Laut Amerika, yang melarang minuman beralkohol dan menggantinya dengan kopi pada tahun 1914.

Yogyakarta
Kopi Ketjil (@kopiketjil)
Kopi Ketjil, Yogyakarta
Serupa dengan namanya, kedai kopi ini sedemikian mungil. Di ruangan yang kecil ini tidak hanya terdapat bar untuk meracik kopi pesanan pelangganan, di bagian belakang juga terdapat area untuk menyangrai biji kopi. Sewaktu menyambangi kedai kopi ini, ternyata sedang ada pemotretan untuk penyusunan profile kedai. Meski begitu, penulis tetap dipersilakan masuk untuk minum kopi sekaligus menyaksikan serunya sesi pemotretan di kedai yang terletak di Jalan Demangan Baru No. 5, Yogyakarta.

The Point Coffee (@thepointcoffee)
The Point Coffee, Yogyakarta (lokasi pertama)
Di penghujung 2016, penulis sempat mengunjungi sebuah kedai kopi pop-up bar di sebuah toko buku dan alat tulis. Saat itu, The Point Coffee masih bergabung dengan toko buku Point. Menyambut dengan ramah pelanggan yang datang seolah sudah kenal lama. Selain di bagian dalam, tempat menyeruput kopi juga tersedia di halaman depan dengan bangku dan meja panjang. Beruntung saat itu berkesempatan berbincang dengan salah satu penggagas The Point Coffee, Gilang Ramadhan, sekaligus roaster dari Rahayu roastery. Perbincangan pun mengalir, dari menjamurnya kedai kopi di Jogja, musik, seni, pariwisata hingga fotografi. Tak terasa waktu berlalu, sampai kedai tutup pun para penyeduh maupun pelanggan tetap melanjutkan sesi bincang-bincang. Kini, The Point Coffee pindah lokasi ke Ruko Demangan Baru No. 6, Yogyakarta.

Surabaya
Rindu Kopi (@rindukopi)
Rindu Kopi, Surabaya
Kedai kopi sederhana yang menyajikan banyak cemilan untuk teman minum kopi. Di kedai ini pelanggan otomatis mendapatkan kudapan berupa ubi hangat  sebagai pendamping minum kopi. Rindu Kopi menyediakan beragam pilihan biji kopi dan metode seduh manual dengan harga yang terjangkau antara Rp 10.000 – Rp 20.000. Pelanggan dapat memilih kopi yang diseduh menggunakan metode tubruk, frenchpress, Vietnam drip, Kono, V60, flat bottom, Kalita Wave, Aeropress, Syphon dan Rokpresso. Selain minuman panas, beraneka minuman lain seperti es kopi, affogato sampai es sari buah bisa jadi pilihan alternatif.

Malang
District Coffee
District Coffee, Malang
Berkunjung ke Malang, kurang lengkap rasanya kalau tidak mampir ke toko es krim legendaris, Toko Oen yang berdiri sejak tahun 1930. Nah, tidak jauh dari Toko Oen, jangan lupa singgah untuk menyesap nikmatnya kopi di District Coffee. Geliat anak muda Malang langsung terasa saat memasuki kedai kopi yang terletak di Jalan Basuki Rahmad, No. 11, Malang. Sketsa, gambar sampai zine terpasang di sisi-sisi dinding kedai kopi yang berafiliasi dengan Nomaden Coffee. Pengunjungnya juga didominasi pemuda-pemudi Malang yang aktif. Suasana begitu cair, dari yang tidak mengenal kemudian diajak berkenalan dan obrolan pun mengalir. Dengan harga yang cukup terjangkau, District Coffee memberikan fasilitas wi-fi bagi pelanggannya.

Nomaden Coffee (@nomadencoffee)
Nomaden Coffee, Malang
Mengayuh sepeda mungkin jadi aktivitas yang menyenangkan untuk mengisi waktu luang. Coba bayangkan mengayuh sepeda dengan gerobak setiap hari keliling kota Malang yang kontur jalannya berkelok dan turun naik. Membayangkannya saja suda terasa melelahkan. Namun, bayangan melelahkan itu dilawan oleh Mas Satya, pemilik Nomaden Coffee, dalam merintis kedai kopi kelilingnya. Coffee bike menjadi pilihannya pada tahun 2014. Berkeliling kota menawarkan kopi-kopi bercitarasa nusantara. Tahun-tahun berlalu hingga kini Nomaden Coffee tidak perlu lagi bersusah payah mengayuh sepeda. Sebuah kios di Pasar Tawangmangu, Malang, menjadi lokasi permanen untuk menyeduh sekaligus menyangrai kopi. Ruang kiosnya yang kecil tidak mampu menampung membludaknya para pelanggan sehingga halaman kios yang luas menjadi alternatif tempat bercengkerama sambil minum kopi. Sensasi ngopi di pasar benar-benar terasa. Sebuah pengalaman yang wajib dicoba para penikmat kopi. 

No comments:

Post a Comment