Pages

Sunday, June 23, 2019

#KembaraKopi #10: Kalimantan (Bagian II) – Palangka Raya, Tarakan, dan Banjarmasin


Pasar Terapung di Banjarmasin, Kalimantan Selatan
#KembaraKopi edisi Kalimantan sudah mengulas Pontianak dan Samarinda di bagian pertama. Di bagian kedua kali ini, ada tiga kota yang berhasil dijelajahi seperti Palangka Raya, Tarakan, dan Banjarmasin. Seperti apa kedai-kedai kopi di kota-kota tersebut? Yuk, baca lebih lanjut! 

Kalimantan Tengah - Palangka Raya


Sedikitnya waktu kosong saat sedang berada di Palangka Raya, membuat penulis kesulitan untuk mengakses kedai kopi yang direkomendasikan beberapa kawan-kawan. Kedai-kedai yang direkomendasikan jaraknya cukup jauh dari hotel. Akhirnya, pilihan jatuh pada Kopi Pasar yang lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat menginap.

Bagian depan Kopi Pasar (Palangka Raya)
Jika di Jakarta sempat ramai warung kopi di Pasar Santa, di Palangka Raya juga tidak kalah meriah. Kedai-kedai kopi tersebut terletak di lantai dua Pasar Datah Manuah atau yang biasa disebut Pasar Mini. Sesampainya di lokasi, sempat tidak menyangka pasar tradisional ini memiliki kedai kopi yang khas anak muda di bagian atasnya.

Warna-warni interior Kopi Pasar (Palangka Raya)
Kopi Pasar merupakan salah satu dari kedai-kedai kopi yang berjejer rapi di lantai dua Pasar Mini. Interior toko dihiasi mural warna-warni bertema kopi lengkap dengan kutipan motivasional membuat Kopi Pasar tampak mencolok dibanding dengan warung kopi yang lain. Tempat duduk pelanggan terletak di pelataran toko dengan meja dan kursi kayu yang menghadap ke jalan raya.

Ingin hati memesan kopi yang diproses secara manual, namun apa daya kertas filter sedang habis. Mau tidak mau, memilih es kopi susu yang juga mewabah sampai di ibukota Kalimantan Tengah ini. Terdapat tiga varian yang terdiri dari Es Kopi Susu Anjay, Es Kopi Susu Mantan, dan Es Kopi Susu Kangen yang dibanderol dengan harga Rp24.000. Minuman lainnya yang ditawarkan juga beragam seperti kopi tubruk, espreso, cappuccino, kopi sanger, minuman berbahan dasar susu, susu jahe sampai aneka jus buah. Untuk makanan, tersedia cemilan seperti kentang goreng, singkong goreng, roti bakar, seblak, dan masih banyak lagi.

Hari & jam buka: Setiap hari, 14.00 – 02.00 WIB
Alamat: Jalan Yos Sudarso No. 46, Komplek Pasar Mini Datuah Lt.2, Palangka Raya


Kalimantan Utara - Tarakan

Kopi Taka (@kopi.taka)

Tarakan adalah salah satu kota di provinsi termuda Pulau Borneo. Kota ini terletak paling utara dari kota-kota yang dijelajahi Kopitala. Terpisah dari pulau besar Kalimantan, Tarakan berlokasi di sebuah pulau kecil dekat Malaysia dan Filipina, serta kerap menjadi gerbang transit jika ingin liburan ke Maratua dan Derawan.  

Kopi Taka, Tarakan
Berada di Tarakan, sejak awal sudah berencana mengunjungi Kedai Kopi Analog. Sayangnya, kedai kopi ini sedang tahap renovasi karena baru saja pindah tempat. Akhirnya, Kopi Taka menjadi pilihan berikutnya.

Perlengkapan menyeduh di Kopi Taka, Tarakan
Kedai kopi ini menempati bangunan yang memanjang ke belakang. Memuat sekitar 50-60 orang dengan meja-meja dan bangku sederhana tanpa sandaran. Menu minuman beserta harga terpampang di papan tulis besar yang digoreskan dengan kapur berwarna-warni. Sementara itu, di pojok kiri ruangan terdapat ruangan kaca yang berisi mesin sangrai. Konon katanya, pengiriman mesin sangrai Madmax ini memakan waktu berbulan-bulan yang menimbulkan kecemasan bagi juru sangrai yang memesannya. Meski lama menunggu, mesin tersebut akhirnya datang juga sehingga Kopi Taka dapat menggoreng sendiri kebutuhan kopi untuk para pelanggan.

Kopi Solok di Kopi Taka, Tarakan
Aneka minuman dari olahan kopi, susu, dan teh tersedia di sini dengan harga terjangkau di kisaran Rp8.000-Rp20.000. Selain itu, para peramu kopi memberikan pelayanan yang ramah, baik untuk pelanggan lama maupun yang baru. Tak heran jika tempat minum kopi ini ramai dikunjungi pelanggan.   

Hari & jam buka: Sabtu-Kamis, 08.00-00.00 WITA; Jumat, 18.00-00.00 WITA; 
Alamat: Jalan Seroja No. 2, Karang Anyar, Tarakan


Kalimantan Selatan - Banjarmasin

A Thousand Feet for Coffee  (@thousandfeet)

Tampak depan A Thousand Feet for Coffee, Banjarmasin
Dari sekian banyak tempat minum kopi di Banjarmasin, A Thousand Feet for Coffee (ATFC) menjadi salah satu yang paling direkomendasikan oleh kawan-kawan ketika Kopitala bertanya lewat fitur Ask Question di Instagram.

ATFC berlokasi di sebuah rumah bernuansa klasik yang diapit gedung-gedung tinggi. Rumah berkaca jendela lebar-lebar, lantai keramik merah tua, pendar lampu kekuningan hingga bangku dan sofa bergradasi cokelat kayu berhasil membuat suasana di tempat ini terasa nyaman dan hangat.

Bagian dalam A Thousand Feet for Coffee, Banjarmasin
Pelanggan yang masuk akan langsung dihadapkan dengan meja bar yang menyediakan welcome drink berupa kopi filter di dalam wadah kaca. Kopi filter ini diproses otomatis lewat mesin canggih Hario V60 Auto Pour Over Smart 7. Akan tetapi, sewaktu ingin memesan kopi filter malah tidak diperbolehkan. Ini dikarenakan ATFC memang diperuntukkan khusus untuk espreso dan olahannya. Maklum, baru pertama kali berkunjung.

Barista A Thousand Feet for Coffee, Banjarmasin
Project of Espresso merupakan tema yang diusung oleh pemilik kedai, Ardy Maulana. Sebelum ATFC lahir, juara tiga ICTC tingkat nasional 2017 ini sudah membangun toko kopi yang lebih besar yang diberi nama Office Coffee. Melalui proyek ini, Ardy mencoba memberikan perspektif berbeda tentang espreso yang kini beredar di masyarakat.

“We believe inside this basic espresso, there is a lot of different color of flavour. What we need is going deeper and doing a lot of research for having unique flavor of beautiful espresso. And also, bring a good culture with perspective ‘having less to get high satisfaction’ of quality—like a cup of espresso.” 

Kopi filter sudah tersedia gratis. Akhirnya, cappuccino jadi pilihan untuk menemani sore itu. Bahan baku espresonya diolah dengan biji kopi dari Kolombia, varietas/kultivar Typica dan Caturra yang ditanam di ketinggian 1.500 mdpl-1.800 mdpl, serta melalui proses pascapanen giling basah. Biji kopi digiling dengan Mazzer Kony, diproses lewat La Marzocco Strada, dan kemudian dicampur susu segar berbuih yang telah melewati proses steaming. Terciptalah secangkir cappuccino yang memanjakan lidah. 

Secangkir cappuccino ditemani sepotong brownies di A Thousand Feet for Coffee, Banjarmasin
Untuk menemani prosesi minum kopi, rumah minum kopi yang buka sejak Maret 2018 ini menyediakan aneka kudapan, seperti croissant, eclair, hingga brownies kukus. Jika masih lapar, tersedia beragam menu makanan lainnya yang terdiri dari salad, burritos, burger, dan rice bowl.  

Hari & jam buka: Setiap hari, jam 07.00 – 22.00 WITA
Alamat: Jalan A. Yani KM 3,5, Banjarmasin


Sebenarnya, ada satu lagi kedai kopi yang wajib dikunjungi di Banjarmasin dan sudah sempat disinggung di paragraf sebelumnya. Ya, Office Coffee sangat direkomendasikan untuk disinggahi. Kopitala rencananya akan menulis artikel khusus untuk kakak usaha dari A Thousand Feet for Coffee ini. Tunggu artikelnya, ya!

Dari berbagai macam kedai kopi yang diulas, apa teman-teman ada yang sudah pernah coba? Pernah coba yang mana? Share pengalamannya di kolom komentar, ya! Jika ada rekomendasi kedai lain juga boleh banget untuk saling berbagi!

Tidak ingin ketinggalan artikel-artikel dari Kopitala? 
Follow kami di Instagram @kopitala, ya!

Tuesday, May 21, 2019

#KembaraKopi #10: Kalimantan (Bagian 1) – Pontianak & Samarinda


Tugu Khatulistiwa di Pontianak
Menyambangi salah satu pulau terbesar di negeri ini. Pulau yang sejak dulu terkenal sebagai paru-paru dunia karena rimbun hutan yang memproduksi oksigen. Meski kini, hutan lebat itu kian lama kian terkikis alih lahan produksi sawit hingga penambangan. Pulau yang salah satu kotanya digadang-gadang menjadi alternatif pengganti ibukota. Kopitala berkesempatan untuk menjelajahi kota-kota besar di setiap provinsi di Kalimantan bagian utara, timur, barat, selatan hingga bagian tengah. Berikut kedai-kedai kopi yang berhasil disinggahi di Pontianak dan Samarinda. 

Kalimantan Barat - Pontianak

Warung Kopi Asiang (@wk.asiang)

Kota pertama yang menjadi titik awal mengelilingi kedai kopi yang ada di Kalimantan ini adalah Pontianak. Sayang sepertinya melewatkan kesempatan untuk menikmati kopi yang melegenda dan ramai diperbincangkan. Orang nomor satu negeri ini, Presiden Jokowi, bahkan sempat singgah untuk mencicipi nikmatnya racikan kopi di sini.

Koh Asiang meracik kopi andalannya
Terkenal dengan sebutan “kopi telanjang” atau “kopi keringat” membuat Warung Kopi Asiang menjadi unik dan mudah diingat siapa saja. Sebutan ini muncul karena peracik kopi sekaligus pemilik kopi, Koh Asiang, menyeduh kopi untuk para pelanggan dengan bertelanjang dada dan bercucuran keringat.

Warung kopi yang buka sejak tahun 1958 ini kabarnya berawal dari kaki lima hingga kini menetap di bangunan permanen berupa ruko di Jalan Merapi No. 191-193, Banua Melayu Darat. Usaha menjual kopi yang diracik dengan cara disaring dan ditarik ini merupakan warisan dari ayah Koh Asiang. Metode tersebut konon berasal dari orang-orang Hainan.

Kopi susu Asiang
Warung kopi ini menyediakan seduhan kopi robusta yang berasal asli dari Kalimantan, tepatnya dari daerah Kubu Raya, Panggur, dan Padang Tikar. Untuk kopi hitam panas dibanderol dengan harga Rp 6.000, kopi susu panas Rp 9.000, dan kopi susu dingin Rp 11.000. Selain kopi, terdapat teh tarik, kue-kue tradisional, dan bubur ayam dengan telur setengah matang.  

Warung Kopi Asiang buka sejak subuh hingga sore hari, yaitu pukul 03.30-17.00 WIB. Apabila ingin bertemu dengan Koh Asiang, usahakan datang antara subuh sampai siang hari yang menjadi waktu beliau melayani pelanggan. Selepas siang, pria bernama asli Thio Tiam Siang ini kembali ke rumahnya.

Jika ingin menjadikan kopi ini untuk oleh-oleh sanak saudara, tersedia kopi bubuk dalam kemasan berbagai ukuran yang bisa dibawa pulang.

Hari & jam buka: Setiap hari, 03.30 – 17.00 WIB
Alamat: Jalan Merapi No. 191-193, Banua Melayu Darat, Pontianak


Segitiga Coffee & Roastery (@segitigacoffee)

Segitiga Coffee & Roastery juga patut dikunjungi saat sedang berada di Pontianak. Merupakan salah satu kedai kopi kebanggaan Kalimantan dan Indonesia. Dimas Juliannur Fajar, pemilik Segitiga Coffee & Roastery, menjadi wakil Indonesia di kompetisi kopi internasional. Dimas berlomba untuk World Cup Tasters Championship yang berlangsung di Budapest, Hungaria pada 13-15 Juni 2017. Pada kompetisi tersebut, ia membawa Indonesia ke peringkat 13 dunia kategori cup tasters.

Bagian depan Segitiga Coffee & Roastery, Pontianak
Tempat minum kopi yang berlokasi di Jalan Karya Baru (Tembusan Purnama-Perdana), Pontianak, ini menempati ruko dua lantai. Buka setiap hari dari pukul 10.30-23.00 WIB. Menawarkan konsep industrial yang kuat dengan nuansa interior berwarna hitam. Di lantai pertama terdiri dari bar, sofa, dan juga tampak mesin untuk menyangrai kopi.

Bar Segitiga Coffee & Roastery, Pontianak
Mencicipi kopi Gayo Wih Nongkal yang diseduh secara manual menggunakan alat V60. Dalam botol toples tersebut dan di kemasan roasted beans Segitiga Coffee & Roastery tertulis “Good Coffee Speak Itself". Kopi susu juga tersedia di sini lengkap dengan tagline di kemasan plastiknya “Kopi Kamek, Kopi Indonesia”. Kamek sendiri memiliki arti saya/kami/kita dan slogan yang tertera mencoba mengajak kita semua bercerita tentang potensi, kekayaan, dan keberagaman kopi Indonesia.

Hari & jam buka: Setiap hari, 10.30 – 23.00 WIB
Alamat: Jalan Karya Baru (Tembusan Purnama-Perdana), Pontianak


Kalimantan Timur - Samarinda

Kopi Kumana (@kopikumana)

Kopi Kumana, Samarinda 
Memasuki Kopi Kumana, bagian luar bercat hitam sementara bagian dalamnya bernuansa minimalis dengan cat putih. Berjejer meja dengan bangku-bangku kayu tanpa sandaran. Ketersediaan colokkan juga bisa dibilang memadai. Bar yang memanjang terdiri dari mesin espresso, mesin penggiling kopi, etalase kaca yang berisi penganan dan kopi susu dalam kemasan. Terdapat mesin sangrai di pojok ruangan yang dikelilingi kaca. Ada beberapa buku di rak yang bisa dibaca pengunjung.

Japanese ice coffee
Panasnya kota Samarinda, membuat ingin memesan kopi yang menyegarkan. Pilihan jatuh pada Japanese Ice Coffee dengan kopi arabika orange bourbon dari Megasari dengan proses pascapanen natural. Berbeda dengan kedai kopi yang memajang pilihan single origin, Kopi Kumana malah menyimpan single origin andalannya di dalam laci. Jika ada pelanggan yang memesan, kopi-kopi tersebut baru dikeluarkan dari persembunyiannya.  

Sewaktu mengunjungi kedai ini, lokasinya terletak di Jalan Pangeran Hidayatullah No. 62, Samarinda. Kabarnya Kopi Kumana akan tutup per tanggal 25 Mei 2019 hingga waktu yang belum diketahui. Semoga segera buka lagi, ya!

Berikut keterangan dari Instagram feed @kopikumana tanggal 10 Mei 2019:
Hi coffee folks, this month will be our last month for making coffee for everybody. But, we will back soon. Thank you for everything. Especially for our beloved customer that has become our family for four years. We will open our door on May 25th for the last time. Hope you enjoy our coffee, hospitality and everything you named it. BEST REGARDS, Your Barista!"


Kedai Kopi Nusantara (@kedaikonus)

Apabila ingin merasakan kopi dari berbagai daerah di Indonesia, Kedai Kopi Nusantara (Konus) memiliki banyak varian arabika. Terdapat belasan varian yang dapat dicicipi dari Sumatera, Jawa, Bali, Flores hingga Sulawesi. Harga yang ditawarkan juga terbilang terjangkau. Untuk minuman mulai dari Rp 5.000 - Rp30.000 dan untuk makanan dari harga Rp10.000 - Rp16.000.

Kedai Kopi Nusantara, Samarinda
Di bagian buku menu, Konus memaparkan bagaimana teknik menyeduh kopi berdasarkan menu dan alat-alat yang dipakai seperti tubruk, espresso, AeroPress, V60, Kalita, Syphon, FrenchPress, dan Vietnam drip. Keterangan teknis menyeduh terdiri dari berat kopi, volume air, ukuran gilingan kopi, durasi seduh, dan suhu air yang digunakan.

Beragam pilihan metode seduh dan kopi di Konus
Konus buka sejak 2015 kemudian pada 2017 mulai secara mandiri menyangrai untuk kebutuhan kedainya. Tempat minum kopi ini selalu ramai pengunjung yang sebagian besar sibuk bermain game online meskipun tidak tersedia jaringan internet gratis di sini. Konus juga menjadi salah satu pilihan anak muda untuk nongkrong hingga larut malam. 

Hari & jam buka: Setiap hari, 16.00 – 02.00 WITA
Alamat: Jalan Juanda No. 25, Samarinda


Sgara Coffee (@sgara.coffee)

Sgara Coffee, Samarinda
Rumah yang dijadikan kedai kopi selalu memberikan nuansa yang nyaman. Apalagi dengan ruangan yang luas ditambah dengan pelayanan yang ramah dan seduhan kopi yang nikmat. Sgara Coffee menjadi tempat minum kopi yang wajib untuk dikunjungi saat sedang berada di  Samarinda.


Toko kopi yang buka sejak Januari 2018 ini menyediakan pilihan kopi filter yang juga bervariasi. Terdiri dari kopi-kopi lokal, impor, sampai yang jarang tersedia di kedai kopi lainnya yang berasal dari Panama, yaitu kopi Geisha.

Rumah minum kopi dengan slogan “Have A Brew-tiful Day” ini dipersenjantai dengan perangkat yang mumpuni. Terdiri dari mesin espresso Rocket Boxer single group serta grinder Anfim Caimano dan Mazzer Super Jolly. Untuk kopi filter, kopi digiling dengan Mahlkonig EK43 dan diracik dengan berbagai alat seduh seperti V60, Timemore, Kalita, AeroPress, dan Chemex.


Peramu kopi Sgara Coffee juga kerap menjadi langganan juara kompetisi kopi tingkat regional. Jarvis menjadi salah satu dari tiga perwakilan Kalimantan yang turut melenggang ke kompetisi tingkat nasional AeroPress tahun 2018. Berhasil masuk menjadi 27 besar dari seluruh peserta se-Indonesia.

Nama Sgara diambil dari kata segara dari Bahasa Jawa yang artinya samudra atau lautan. Sgara Coffee ingin seperti samudera yang menjadi tempat untuk semua orang; sama seperti kopi yang bisa dinikmati oleh semua kalangan.

Hari & jam buka: Setiap hari, jam 11.00-23.00 WITA
Alamat: Jalan Wijaya Kusuma No. 1, Samarinda

Apakah kamu punya kedai favorit lainnya di Pontianak dan Samarinda? Share ya di kolom komentar! 

Nantikan ulasan kedai kopi lainnya di kota Palangka Raya, Tarakan, dan Banjarmasin. Info lebih lanjut follow Instagram kami @kopitala.  

Monday, April 8, 2019

Serba-serbi Kopi yang Harus Kamu Tahu: Membongkar Mitos Kopi yang Beredar


The Little Coffee-Know-It-Wall: Serba-serbi Kopi yang Harus Kamu Tahu
Antusiasme penikmat kopi sering kali terjerumus dalam kesimpangsiuran informasi. Ada yang membaca informasi sepotong-sepotong di media sosial, mengutip media atau sosok yang dianggap panutan dan berkompeten—yang  belum tentu benar juga, kemudian langsung ditelan mentah-mentah sebagai sebuah fakta yang tak boleh sedikitpun dibantah. Adu argumentasi tak terelakkan, saling menuding siapa yang salah dan mengklaim menjadi yang paling benar acap kali terjadi di antara para pegiat kopi. Seolah lupa ada banyak perspektif yang perlu dikaji. 

Mungkin akrab dengan istilah 'pendekar kopi'? 

Terkadang rasa ingin tahu tidak beriringan dengan sikap kritis dan kemampuan berdiskusi yang sehat.

Shawn Steiman hadir membongkar mitos dan rumor yang beredar. Melalui pembacaannya pada berbagai jurnal penelitian dan literatur, buku dengan judul asli The Little Coffee-Know-It-All : A Miscellany for Growing, Roasting, and Brewing, Uncompromosing and Unapologetic seperti sebuah terang di tengah kegelapan. Sebab, buku-buku kopi berbahasa Indonesia dengan data yang lengkap terbilang langka di pasaran. 

Buku yang terbit pertama kali di Amerika Serikat tahun 2015 ini mengupas produk minuman berkafein secara rinci. Terdapat empat bab dengan topik besar seperti 1) Seluk Beluk Biji, 2) Menyangrai, 3) Menyeduh, dan 4) Di Seputar Cangkir Dimulai. Pada bab pembuka, pembahasan dicacah lewat sub-bab dengan topik-topik yang kerap diperbincangkan seperti pengaruh ketinggian tanam, tanaman penaung, kopi lanang, dan kopi Luak.

Bab selanjutnya terkait penyangraian kopi. Menurut konsultan kopi internasional ini, belum ada istilah yang pas untuk menyebut tingkat-tingkat perendangan kopi. Apa yang disebut penyangrai sebagai calak atau light roast, belum tentu sesuai dengan ekspektasi calak di perspektif pembeli. Di halaman 95-96, Steiman menerangkan bahwa:
“Setiap peminum kopi mungkin punya standar yang berbeda soal tingkat ketidaksegaran kopi. Standar ini biasanya dibentuk oleh pengalaman masa lalu, tingkat ketajaman indriawi, dan berbagai hal lain yang memengaruhi kepekaan seseorang terkait kopi segar. Jadi, bagi seorang pengulik kopi yang sudah mencicip ke sana kemari, ia barangkali bisa menghidu bahwa kopi sudah mengabar setelah satu atau dua minggu pascaperendangan, sementara bagi konsumen umum, bisa saja kopi mengabar antara dua sampai sepuluh bulan sebelum mereka sadar (atau peduli) ada perubahan rasa yang disebabkan oleh penurunan tingkat kesegaran kopi.”
Buku terjemahan dalam Bahasa Indonesia terbit pertama kali di Januari 2019 ini membeberkan fakta-fakta dari literatur yang sulit untuk dipahami menjadi sebuah tulisan yang mudah dicerna publik yang awam terhadap bahasa-bahasa penelitian. Apa yang menjadi perbincangan di masyarakat kemudian ditelaah lewat hasil uji coba saintifik dan penelitian ilmiah, diformulasikan dengan narasi-narasi mencerahkan, dan mengajak pembaca menjadi lebih bijaksana dalam menjustifikasi informasi kopi. Seperti topik kesegaran kopi yang sampai hari ini masih terus menjadi perdebatan, Steiman yang menjabat sebagai pemilik mitra dan Kepala Bidang Sains Daylight Mind Coffee Company menjelaskan dengan amat baik bahwa:  
“Rasa sebaiknya dinilai berdasarkan selera; sebab, tiap orang tidak hanya punya persepsi yang berbeda tentang apa yang enak tetapi juga karena ilmu kimia rasa kopi belumlah berkembang. Kita bahkan tidak tahu apa yang harus dikuantifikasikan.” (Hal. 156)
Buku ini ditulis dengan bahasa yang ringan dan mudah dimengerti. Menggunakan perumpamaan-perumpamaan sederhana supaya pembaca dapat menguasai konsep-konsep yang sulit. Meskipun, ada beberapa kalimat yang cukup panjang dan perlu dibaca ulang. Ilustrasi-ilustrasi pendukung tulisan ditampilkan untuk menghindarkan pembaca dari kebosanan. Ilustrasi dilengkapi deskripsi, nukilan atau fakta-fakta unik terkait topik yang dibahas.

Membaca buku yang diterbitkan di Indonesia oleh Kriya Rasa Indonesia ini menambah khazanah diksi Bahasa Indonesia. Ada beberapa diksi yang mungkin jarang kita temui di keseharian seperti mengabar, calak, aswad, bertungkus lumus, organoleptik, makbul, apkiran, dan masih banyak lagi. Deskripsi diksi tersebut bisa diperiksa langsung di kamus daring/luring Bahasa Indonesia.

Buku ini berhasil memantik rasa ingin tahu tentang kopi semakin jauh. Penjelasan yang mengambang seperti memberi ruang untuk pembaca mengulik lebih dalam serba-serbi minuman berkafein ini. Tersedia sumber literatur di bagian belakang buku untuk selanjutnya ditelusuri. Sebuah buku yang wajib dibaca oleh siapapun yang ingin menggeluti dunia kopi.

Judul: The Little Coffee Know-It-All: Serba-serbi Kopi yang Harus Kamu Tahu
Penulis: Shawn Steiman
Tebal: xii + 254 halaman
Harga: Rp140.000
Buku dapat dipesan melalui gerai daring Philocoffee di Tokopedia (klik untuk direct link).

 

 

 

 

 

Selamat membaca! 

Sunday, March 10, 2019

Cerita Perwakilan Indonesia untuk Kompetisi Kopi Dunia


Piala-piala Indonesia Coffee Events 2019
Kompetisi kopi nasional tuntas digelar dari babak penyisihan barat dan timur hingga menuju final. Final Indonesia Coffee Events (ICE) 2019 dilaksanakan 22-24 Februari di Kuningan City, Jakarta. Juara dari masing-masing babak penyisihan dan 18 peserta di setiap kategori dengan nilai tertinggi bertanding memperebutkan juara nasional.

Sebelumnya, babak penyisihan regional barat diadakan di 5758 Coffee Lab pada 11-13 Januari untuk kategori Indonesia Latte Art Championship (ILAC) dan Indonesia Brewers Cup (IBrC); kategori lainnya seperti Indonesia Barista Championship (IBC) dan Indonesia Cup Tasters Championship (ICTC) berlangsung di Noah’s Barn, Bandung pada 14-16 Januari 2019. Sementara, untu babak penyisihan regional di timur para peserta berkompetisi langsung di satu lokasi, yaitu di Goedang Popsa, Makassar pada 25-27 Januari 2019.

Berikut daftar juara dari regional barat:
IBrC Western Championship
1. Monika D. J. Zendrato (PT Gordi Kreasi Indonesia)
2. Yoshua Tanu (Common Grounds Coffee Roastery)  
3. Andi Baginda Adiputra (Starbucks Mall Puri Indah)

ICTC Western Championship
1. Yessylia Violin (Common Grounds Coffee Roastery / PT Republik Kopi Indonesia)
2. Seto Herusatmoko (PT Wibrosky Coffee)
3. Nick Claysius (Contrast Coffee Roastery)

ILAC Western Championship
1. Robby Firlian (St. ALI)
2. Muhammad Ramiz Abdul Jabbar (Dua Coffee)
3. Ovie Kurniawan (PT Republik Kopi Bandung)

IBC Western Championship
1. Yessylia Violin (Common Grounds Coffee Roastery / PT Republik Kopi Indonesia)
2. Mikael Fransiskus (PT Republik Kopi Indonesia)
3. Muhammad Aga (Shoot Me in the Head)


Untuk daftar juara babak penyisihan regional timur adalah sebagai berikut:

IBrC Eastern Championship
1.Shayla Philipa (Hungry Bird Coffee Roaster)
2.Gandhi Pramita (MMMM Coffee)
3.Ismiyati (Kelas Kopi by Nestcology)

ICTC Eastern Championship
1.Bella Sofia Gunawan (independen)
2.Hani Fauzi Tahir (Anomali Coffee)
3.Rakay Pikatan Malik (The Bean Garden Coffee)

ILAC Eastern Championship
1.Ahmad Chomarudin (BC Street Coffee)
2. Usri Azis (Kedai Rakyat Indonesia)
3. Restu Sadam Hasan (Hungry Bird Coffee Roaster)

IBC Eastern Championship
1.Michael Seno Ardabuana (Hungry Bird Coffee Roaster)
2. Julian Heru Sibarani (Djournal Coffee Bali)
3. Arief Rachman (Gudang Kopi Yogyakarta)

Tidak sampai sebulan dari babak penyisihan regional, peserta terpilih kembali mempertunjukkan kebolehannya di masing-masing kategori di Jakarta. Perhelatan final di ibukota ini juga dibarengi dengan Coffee Village di mana para pengunjung dapat mencicipi kopi dari berbagai gerai kopi hingga memilih beraneka peralatan menyeduh kopi.

Berikut hasil kompetisi nasional ICE 2019:

Para juara IBC
IBC 
1. Mikail Fransiskus M. Jasin (PT Republik Kopi Indonesia) 
2. Muhammad Aga (Shoot Me in the Head)
3. Yessylia Violin (Common Grounds Coffee / PT Republik Kopi Indonesia)

Para juara ICTC
ICTC 
1. Rahmat Fatrianto (Kopi Teori Makassar)
2. Yessylia Violin (Common Grounds Coffee / PT Republik Kopi Indonesia) 
3. Bilal Nusantara (Upnormal Coffee Roaster)

Para juara IBrC
IBrC 
1. Muhammad Fakhri (independen)
2. Evelyne Yamin (Sensory Lab)
3. Ryan Wibawa (independen)

Para juara ILAC
ILAC
1. Restu Sadam Hasan (Hungry Bird Coffee Roaster)
2. Robby Firlian (St. ALI)
3. M. Ramiz Abdul Jabbar (Dua Coffee)


Para jawara dari setiap kategori seperti Mikael Fransiskus M. Jasin (IBC) dan  Muhammad Fakhri (IBrC) resmi menjadi wakili Indonesia di kompetisi kopi dunia yang akan dilaksanakan pada Specialty Coffee Expo, 11-14 April 2019, di Boston, Amerika Serikat. Restu Sadam Hasan (ILAC) dan Rahmat Fatrianto (ICTC) akan bertanding di tingkat dunia dalam pergelaran World of Coffee Berlin, 8-10 Juni 2019, di Berlin, Jerman.

Perwakilan Indonesia untuk kompetisi kopi dunia. 
Para juara pertama dari semua kategori tahun lalu didominasi dari peserta regional barat, tahun ini dapat dikatakan berimbang. Perwakilan regional timur menduduki posisi juara untuk kategori ICTC dan ILAC. Selain itu, perwakilan independen bertambah dan berhasil menempati juara 1 dan 3 untuk kategori IBRC.

Rahmat Fatrianto (ICTC)
Setiap pemenang pasti punya cerita. Seperti Rahmat Fatrianto yang baru pertama kali mengikuti kompetisi, dengan persiapan dua minggu sebelum regional dapat lolos ke kompetisi nasional dan bertanding dengan para peserta lainnya. Perwakilan dari Kopi Teori sekaligus Q Arabica Grader ini berhasil mendapat skor tertinggi di final nasional ICTC.

Mikael Fransiskus M. Jasin berhasil menjuarai IBC setelah tahun sebelumnya menempati posisi juara kedua. Tahun ini merupakan kali kedua kompetisi bagi Mikael yang kini menjabat sebagai Quality Control and Marketing Manager Common Grounds Group. Sekitar satu tahun, Mikael memikirkan konsep yang akan dibawa ke dalam kompetisi barista. Latihan intensif menuju penyisihan regional selama kurang lebih dua bulan di mana dirinya harus membagi waktu antara pekerjaan dan latihan. Ia memulai hari sekitar pukul 04.00 pagi, kemudian berangkat ke roastery sekitar pukul 05.00 untuk technical exercise hingga pukul 07.00 pagi, tetap melakukan pekerjaan harian selama 9 jam, dan malamnya lanjut berlatih untuk coffee tasting, persiapan signature beverage, dan lain-lain. Mikael mengungkapkan bahwa mengikuti kompetisi seperti mengikuti ekstrakurikuler, tetap harus bekerja sekaligus berlatih, 
“It might sound harsh and yes it does suck to wake up at 4 everyday. But I wasn’t born with the gift of turning coffee into gold. So, I need those extra hours to be better at my craft. Repetition is what creates a calloused armor.”


Mikael Fransiskus M. Jasin (IBC)
Dalam kompetisi regional dan nasional, Mikael menggunakan kopi dengan varietas/kultivar Green tip geisha yang diproduksi oleh perkebunan Finca Deborah, Panama, dengan ketinggian 1.900 mdpl, yang diproses oleh James Savage dengan proses pascapanen extended natural. Kopi-kopi yang ditanam dan diproses oleh Finca Deborah telah terbukti mengantarkan peraciknya menjadi juara antara lain dalam kategori Brewers Cup tahun ini di negara-negara lain seperti Australia, Polandia, Malaysia, dan Austria. Pria yang berhasil meraih juara kedua dalam kompetisi Coffee in Good Spirits di Australia tahun 2015 & 2016 mengatakan bahwa kesulitan yang dihadapi dalam kompetisi kali ini adalah minimnya waktu antara regional dan nasional yang menyebabkannya melakukan perubahan dan penyesuaian di waktu-waktu akhir.   

Kemenangan Muhammad Fakhri juga menjadi sorotan di ICE 2019. Penyeduh lewat jalur independen ini meracik kopi dengan varietas/kultivar Green tip geisha yang ditanam di perkebunan Finca Nuguo pada ketinggian 1.930 mdpl, Panama. Biji kopi yang diproses pascapanen anaerobic natural ini  merupakan biji kopi yang sama yang dipakai oleh Keith Koay Zizheng dari Malaysia pada World Barista Championship (WBC) 2018 dan membawanya ke semifinal dengan peringkat 10 WBC. Sebanyak 935 gram biji kopi ini didapat berkat rekomendasi dari Raymond Ali yang merupakan sahabat Keith dan disangrai oleh Otniel.

Muhammad Fakhri (IBrC)
Fakhri meracik kopinya menggunakan V60 dan menghasilkan aroma nectarine, jasmine, dan brown sugar; flavor saat panas menyerupai red apple, nectarine, dan jasmine; dan memberikan aftertaste berupa medium to long sweet aftertaste with jasmine tea finish. Persiapan untuk kompetisi regional dilakukan sejak November 2018 dengan kendala terbesar adalah bahasa dan intonasi. Di tahun sebelumnya, Fakhri masih menggunakan Bahasa Indonesia untuk presentasi sementara di tahun ini ia mencoba untuk menggunakan Bahasa Inggris. Saat ditanya apa yang menjadi kunci suksesnya menjuarai IBrC, ia menjawab
“Mulailah dari ikut lomba yang kecil dulu untuk melatih mental. Perbanyak workshop dan juga perbanyak link.”

Restu Sadam Hasan (ILAC)
Kegigihan Restu Sadam Hasan dalam mengikuti ILAC patut mendapat apresiasi sebesar-besarnya. Sebanyak lima kali berturut-turut sejak 2015, barista Hungry Bird Coffee Roaster ini tidak pernah luput mengikuti kompetisi menggambar kopi ini. Restu juga tidak terkecoh untuk pindah kategori kompetisi. Ia terus bertekun dengan impiannya menjadi wakil Indonesia untuk kejuaraan latte art dunia. Barista yang memulai karirnya di Bandung ini terbukti pantang menyerah dan terus belajar dari kendala-kendala yang dihadapi di periode-periode sebelumnya seperti penilaian technical yang suka jeblok atau konsep gambar yang tidak sesuai saat eksekusi. Hobi menggambar menjadi salah satu motivasinya mengulik pola-pola latte art. Tahun ini ia membuat pattern yang lebih sederhana, cepat dieksekusi, dan mudah dicerna. Technical basic dipercepat dan durasi membuat espresso mengikuti perubahan peraturan kompetisi, yaitu minimal 20 detik. Persiapan selama dua bulan menuju regional dengan 24 liter susu dan waktu latihan 8-12 jam tiap harinya. Ia mengakui bahwa mengikuti kompetisi berarti mengorbankan waktu istirahatnya namun ia tetap konsisten melakukan yang terbaik. Pihak Hungry Bird Coffee Roaster juga memberikan dukungan penuh dalam keikutsertaannya.


Semakin dekat dengan final nasional, ia dihadapkan dengan kondisi under pressure dalam menciptakan pola yang akan dibawa dalam kompetisi. Pola tersebut berubah-ubah terus dari hari ke hari karena kandidat pola yang dibuat cenderung sulit untuk dieksekusi dan berisiko mengurangi nilai. Dalam keadaan tersebut, Restu terus memutar otak mendesain visual yang orisinal dan akan memberikan nilai yang besar. Pola-pola yang akhirnya ia bawa ke final, baru tercetus inspirasinya pada H-5 kompetisi. Akhirnya, pola bertema Butterfly Fish, Mermaid, dan Donkey Playing Guitar berhasil membawanya menjadi juara ILAC 2019. Saat ditanya apa yang menjadi bahan bakarnya untuk terus mengikuti kompetisi, Restu menjawab:
“Mengikuti kompetisi itu seperti melawan diri sendiri. Maju kompetisi itu mendapat ilmu dan menang adalah bonus. Ada kutipan dari Vince Lambordi yang selalu memotivasi saya: Winners never quit and quitters never win”.

Baca juga: 
Ulasan Indonesia Coffee Events 2017
Ulasan Indonesia Coffee Events 2015

Follow Instagram kami: @kopitala